Kota Batam, Kepulauan Riau, baru-baru ini dihebohkan oleh peristiwa lepasnya sejumlah buaya dari penangkaran akibat banjir yang melanda wilayah tersebut. Banjir yang terjadi pada pertengahan Januari 2025 menyebabkan dinding penangkaran buaya milik PT Perkasa Jagat Kurnia (PJK) jebol, sehingga beberapa buaya berhasil melarikan diri. Dalam situasi darurat ini, para nelayan setempat beralih dari aktivitas menangkap ikan menjadi berburu buaya yang lepas.
Kronologi Kejadian
Peristiwa ini bermula pada tanggal 13 Januari 2025, ketika hujan deras yang berlangsung selama beberapa hari menyebabkan kerusakan pada penangkaran buaya. Akibatnya, lima ekor buaya dewasa berhasil melarikan diri. Penampakan buaya di sekitar pemukiman membuat warga merasa resah dan takut untuk melaut. Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Nelayan di Pulau Buluh, Mohammad Safet, mengungkapkan bahwa nelayan kini lebih memilih untuk berburu buaya daripada melaut. “Nelayan di Pulau Buluh resah dan tidak berani pergi melaut, takut diterkam buaya,” ujarnya.
Tindakan Nelayan
Para nelayan setempat menggunakan jerat dari tali untuk menangkap buaya yang berkeliaran di sekitar laut dan sungai. Hingga saat ini, mereka telah berhasil mengamankan sekitar 23 ekor buaya. Safet menambahkan bahwa mereka berharap pihak perusahaan bertanggung jawab dan memberikan kompensasi kepada nelayan yang membantu menangkap buaya lepas. “Kami meminta pihak perusahaan untuk memberikan kompensasi kepada nelayan yang membantu menangkap buaya lepas,” tambahnya.
Upaya Penanganan
Pihak kepolisian dan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Batam terus melakukan pencarian dan penanganan terhadap buaya-buaya yang masih berkeliaran. Kepala SKW II Batam, Tommy Steven, menyatakan bahwa mereka masih melakukan penghitungan untuk mengetahui jumlah buaya yang lepas. “Kami akan menghitung lagi dengan mengeringkan air di kolam penangkaran untuk mengetahui jumlah buaya yang ada,” ujarnya.
Dampak Terhadap Masyarakat
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada nelayan, tetapi juga pada masyarakat sekitar yang merasa terancam. Banyak warga yang khawatir akan keselamatan mereka, terutama anak-anak yang sering bermain di dekat perairan. Pihak kepolisian dan BKSDA terus berkoordinasi untuk memastikan keamanan masyarakat dan melakukan patroli di area yang dianggap rawan.
Peristiwa lepasnya buaya dari penangkaran di Batam ini menjadi pengingat akan pentingnya pengelolaan dan pemeliharaan hewan liar yang berada di penangkaran. Selain itu, kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta sangat diperlukan untuk menangani situasi darurat seperti ini. Para nelayan yang beralih profesi menjadi pemburu buaya menunjukkan betapa seriusnya ancaman yang dihadapi, dan pentingnya tindakan cepat untuk mengatasi masalah ini.
Dengan adanya upaya bersama, diharapkan situasi ini dapat segera teratasi dan masyarakat dapat kembali beraktivitas dengan aman. Ke depan, perlu ada langkah-langkah preventif untuk mencegah kejadian serupa agar tidak terulang di masa mendatang.